Rabu, 21 Agustus 2013

Violena

Gadis pirang coklat dalam balutan hujan itu terlihat berjalan anggun. Gaun ungu yang dipakainya sudah basah kuyup. Langit malam yang berkilat bagai blits-blits kamera. Semua pemandangan yang dilihat oleh Mickey dari jendela kamarnya seolah menghipnotisnya seakan menyaksikan seorang model cantik dalam pemotretan. “WOW!!! It’s amazing..., ouw.. aku tak boleh menyiakan kesempatan ini,: gumamnya lalu segera mengambil kamera digital kesayangannya yang tergeletak di atas meja belajarnya. “Good! Nice picture! Hem... dia bermata biru kehijauan sepertiku,” katanya sambil tersenyum puas. Mickey kembali melihat keluar jendela. Gadis itu sudah hilang. Mickey menutup tirai jendela kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dipejamkannya kedua matanya namun bayang-bayang gadis yang tadi dilihatnya terus menari-nari di pikirannya. Teng.. jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, saat itulah Mickey akhirnya dapat terlelap. Tak ada angin namun tiba-tiba tirai jendela di kamarnya yang tadi sudah ditutupnya perlahan tersingkap hingga terbuka lebar. Pada sudut tembok kamarnya, sebuah genangan air muncul begitu saja. Genangan air serupa ternyata juga muncul dari bawah kolong ranjangnya. Lampu di kamarnya mendadak mati. Krrrret krret... terdengar suara seperti seekor kucing yang sedang mencakar atas genteng dengan cepat. Pintu kamar Mickey perlahan terbuka lalu kembali tertutup. Sesosok makhluk wanita kelabu merayap cepat dengan posisi bagai laba-laba mendekati ranjang Mickey. Tubuh dan rambut makhluk itu dipenuhi abu dan air dan wajahnya tertutupi oleh rambutnya. “Errr..errr...” makhluk itu mengerang pelan dengan suara yang amat parau. Suaranya menggambarkan amarah dan kesakitan yang tak tertahankan. Mickey terbangun. Pandangannya pun tertuju pada lampu yang mati dan tirai jendela yang terbuka lebar. ia mengerjap-ngerjapkan matanya tak mempercayai dengan apa yang dilihatnya barusan, tirai jendela itu kembali tertutup. Wajahnya memucat. Ia segera beranjak turun dari ranjangnya. Ketika kakinya menginjak lantai, ia sangat terkejut merasakan genangan air di bawah telapak kakinya. Sosok makhluk kelabu itu pun kini berpindah merayap ke dinding lalu ke langit-langit kamar. Mickey tak sempat melihat makhluk itu karena suasana kamar yang gelap. Mickey berlari kecil menuju kamar orangtuanya. Ia menjerit ketika seseorang tiba-tiba mencengkram pundaknya dari belakang. Ia sama sekali tak berani menoleh ke belakang dan sekujur tubuhnya bergetar. “Jangan takut, ini aku, bibi Monalizha, pembantu sekaligus penjaga rumah ini sejak 33 tahun yang lalu,” Merasa yakin, Mickey memutar tubuhnya ke arah bibi Monalizha yang berdiri di belakangnya. Ia hanya bisa tersenyum padanya. “Mickey.. Bibi Monalizha, ada apa?? Masih malam begini sudah berisik,: tanya Nyonya Cleo yang mendadak keluar dari kamar bersama Tuan Frans. Mickey segera berjalan cepat menghampiri keduanya lalu menceritakan kejadian yang dialaminya dan mengutarakan maksudnya untuk tidur bersama mereka. Mereka setuju mengingat besok Mickey harus ke kampus sangat pagi sebagai mahasiswa baru. “Ibu, sudah berapa tahun ibu dan ayah meninggalkan rumah ini? Dan oh ya, aku merasa sedikit ketakutan dengan bibi Monalizha,” tanya Mickey setelah pintu di kamar Ayah dan Ibunya sudah ditutup. “Hem.. kami meninggalkan rumah ini ketika kau masih dalam kandungan berarti rumah ini sudah delapan belas tahun kami tinggalkan karena kau lahir tepat sehari mendiami New York. Karena anak cabang perusahaan kami yang disana sudah sukses, kami rasa kita sudah harus kembali kesini.. di kota Washington ini. Perusahaan utama kami yang disini lebih membutuhkan kami sedang perusahaan disana ada pamanmu yang bisa menghandlenya dan kami percayakan. Dan masalah Bibi Monalizha.. hem.. entahlah, ibu belum sempat merasakan sesuatu yang ganjil darinya. Yah.. kita kan baru sehari disini, ibu belum sempat ngobrol banyak dengannya dan memperhatikan dan memeriksa segala yang ada di rumah ini. Namun jelasnya bibi Monalizha adalah wanita yang baik. Sudah ya, sekarang kita tidur,” terang Nyonya Cleo pada puteranya. Bibi Monalizha masih terpatung di tempatnya. Dari kamar Mickey, sosok makhluk wanita kelabu itu keluar lalu merayap cepat melintass di hadapan bibi Monalizha yang hanya tersenyum dingin lalu beranjak meninggalkan tempat itu. Minnie dan Milly sepasang adik kembar perempuan Mickey sedang bermain boneka barbie di kamar mereka. Kedua bocah cantik dan lucu itu masih berusia 4 tahun. Saat ini hanya ada mereka dan Bibi Monalizha, Sang kakak Mickey masih ada di kampus dan kedua orangtuanya sibuk di kantor. Ketika Minnie mulai merasa haus, ia meminta Milly agar menemaninya ke dapur. Milly menolak sebab ia masih sibuk memblow rambut barbienya dengan hairdrayer milik ibunya. Minnie pun keluar kamar lalu berlari kecil ke dapur. Di dapur ia tak menjumpai Bibi Monalizha. Milly masih asyik memblow rambut barbienya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka secara perlahan disertai hembusan angin dingin yang menyapu wajahnya. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat genangan air muncul di lantai tepat di depan pintu. “Minnie.. kaukah disana? Kau sembunyi dimana? Oh ya, kau nakal sekali, kau kan yang menumpahkan air? Awas ya.. aku akan mengadukanmu pada ibu!” ancamnya. Semenit berlalu, Minnie masih belum menampakkan diri. Milly mulai ketakutan, wajahnya terlihat pucat. Sosok makhluk wanita kelabu yang semalam muncul kembali. Ia merayap cepat ke arah kamar Milly lalu sejenak berhenti di depan pintu. Milly amat ketakutan dan Matanya terbelalak melihat sosok makhluk itu. ia segera bangkit untuk menjauhi makhluk itu. sosok makhluk itu perlahan kembali merayap mendekatinya. Milly mengarahkan hairdrayer yang ditangannya ke arah makhluk itu. angin dari hairdrayer itu menyingkap rambut makhluk itu dari wajahnya sehingga nampak jelaslah wajah makhluk itu. mata makhluk itu begitu menyeramkan, ia tak memiliki bola mata dan wajahnya berabu juga berair. Tubuh Milly gemetar hebat. Hairdrayer itu tiba-tiba mati. Lantai di bawah telapak kakinya mengeluarkan genangan air. Milly memukul-mukul hairdrayer itu berharap hairdrayer itu bisa kembali berfungsi. Karena usahanya sia-sia belaka, ia mencoba memasukkan dua buah jari tangannya ke dalam lubang hairdrayer itu. dan saat itu pula hairdrayer itu kembali berfungsi. Milly pun kesetrum dan menjerit, kekuatan listrik mengalir ke sekujur tubuhnya hingga mematikannya. Tubuhnya pun jatuh dengan mata yang masih membelalak. Minnie baru akan meneguk air yang diambilnya dari teko ketika didengarnya suara teriakan saudara kembarnya. Gelas kaca yang dipegangnya pun terjatuh lalu pecah. Pecahan gelas itu berhamburan. Minnie begitu terkejut, ia segera berlari ke kamarnya tanpa menghiraukan kakinya yang berdarah akibat menginjak salah satu pecahan gelas. Setibanya ia menjerit histeris melihat sosok mahluk itu sedang berada di dekat tubuh saudaranya yang terlihat mengenaskan. Sosok makhluk itu kini menghadap ke arahnya. Minnie kembali berlari ke dapur. Makhluk itu merayap cepat mengejar Minnie. Minnie terjatuh di atas pecahan-pecahan gelas dan mengenai wajahnya. Salah satu pecahan gelas itu menusuk bola matanya. Ia mengerang kesakitan. Kini makhluk itu sudah berada di belakangnya. Meski tubuhnya terluka sana-sini, dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ia berusaha bangkit dan merangkak menjauhi makhluk itu. kedua lututnya sudah mengeluarkan banyak darah. Ia terus merangkak hingga akhirnya ia tersudut. Kini ia terperangkap. Ia membalikkan tubuhnya dan meringkuk sambil menyandarkan punggungnya pada tumpukan rak-rak di belakangnya yang berisi botol-botol anggur. Tubuh Minnie bergetar hebat. Kini ia sudah berputus asa, dibentur-benturkannya bagian kepala belakangnya pada rak-rak itu shingga membuat rak-rak tersebut ikut bergetar. PRANG.... tiga buah rak yang tertinggi terjatuh tepat mengenai kepala Minnie. Botol-botol yang ada di dalamnya terpecah belah lalu beberapa pecahannya tertancap di sekujur tubuhnya termasuk kepala dan wajahnya. Ia pun mati dengan sangat mengenaskan. Tuan Frans dan Nyonya Cleo bersama mobil mewahnya sudah pulang dan tiba di depan rumah mereka ketika petang menjelang malam. Klik... tuan Frans menekan salah satu tombol pada remote control yang dipegangnya. Krett.. pagar rumahnya pun otomatis terbuka. Klik... ia kembali menekan salah satu tombol lain yang berfungsi untuk membuka dan menutup garasi. Mobil mereka pun masuk ke dalam garasi itu. garasi rumah mereka begitu besar, sepuluh buah mobil pun bisa di dalamnya. Tuan Frans berusaha membangunkan istrinya yang tertidur pulas di mobil. “Huwaahh.. oh sudah tiba ya.. oh ya, aku tadi memimpikanmu sayang.. aku melihatmu kau masih merokok sembunyi-sembunyi di belakangku. Hem... kau duluan saja, sepertinya aku lupa dimana meletakkan ponselku di mobil ini, aku mau mencarinya,” kata Nyonya Cleo sambil menyipitkan matanya. Tuan Frans yang mendengarnya seketika tergagap sebab ia sudah berjanji pada istrinya sejak tahun lalu bahwa ia tak akan merokok lagi untuk selamanya demi kesehatannya sendiri. Untuk menghindari pertanyaan dari istrinya itu, ia pun segera keluar dari mobil beralasan ia ingin buang air kecil, dan istrinya percaya begitu saja. Tuan Frans kini sudah berdiri di hadapan pintu rumah sambil kembali menekan salah satu tombol pada remote control yang tadi dipegangnya. Tombol yang barusan ditekannya adalah tombol untuk membuka dan menutup pintu rumahnya secara otomatis. Pada remote control itu hanya ada tiga tombol. Tombol merah untuk membuka dan menutup pagar rumah mereka, tombol biru untuk membuka dan menutup garasi, dan tombol kuning untuk membuka dan menutup pintu rumah mereka. Remote control yang serupa dipegangnya juga dimiliki oleh Mickey dan masih ada satu buah remote control serupa yang khusus disimpan dalam rumah. Setelah berhasil menemukan ponselnya yang ternyata terjatuh di bawah kursinya, Nyonya Cleo pun keluar dari mobil. Sebuah genangan air muncul dari bawah mobil. Sosok makhluk wanita kelabu kembali muncul dan merayap cepat dari langit-langit garasi lalu ke dinding hingga ke lantai garasi. Makhluk itu kini hampir mendekati Nyonya Cleo. Melihat hal itu, Nyonya Cleo begitu ketakutan dan berusaha menjauh dari makhluk itu. ketika ia sudah hampir mendekati pintu garasi, langkahnya terpaksa berhenti akibat kakinya tersandung. Ia berusaha bangkit namun ia tak bisa. Rupanya kedua kakinya keseleo. Dengan posisi merayap, ia berusaha keluar dari garasi yang belum ditutup oleh suaminya. Mickey baru saja pulang dari kampus dan kini ia sudah tiba di depan rumahnya. Ia hendak menekan tombol untuk membuka pagar pada remote control yang dipegangnya namun ia keliru sebab ia menekan tombol biru. Akibatnya garasi yang terbuka itu otomatis tertutup dan tubuh Nyonya Cleo yang sudah berada tepat di bawah pintu garasi tergencet. Ia mengerang kesakitan namun suaranya tertahan. Mickey yang tak tahu menahu akan hal itu hanya dapat menyadari bahwa ia menekan tombol yang salah dan kini ia pun menekan tombol merah. Ketika pagar rumahnya sudah terbuka, ia merasa heran karena seharusnya garasi itu terbuka sebab tadi ia sudah menekan tombol biru. Ia pun berpikir mungkin ayah dan ibunya sudah ada dalam rumah namun lupa menutup garasi yang akibatnya bila ia menekan tombol biru, garasi yang masih terbuka akan otomatis tertutup. Mickey hanya menatap lurus tanpa melihat tubuh ibunya. Nyonya Cleo mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk berteriak meminta tolong namun percuma sebab Mickey memasang earphone di telinganya. Klik... Mickey kembali menekan tombol biru, garasi itu pun terbuka. Mobilnya pun berjalan memasuki garasi dan tubuh ibunya tersangkut masuk di bawah mobilnya. Ketika turun dari mobilnya, Mickey menemukan banyak ceceran darah dan high heels ibunya. Ia segera keluar dari garasi itu dan menutupnya kemudian berlari ke kamarnya. Tuan Frans memasuki gudang. Ia berniat merokok di sana agar ia tidak ketahuan oleh istrinya. Pikirnya gudang adalah tempat yang cukup aman meski berdebu. Ia tak peduli, ia pun mengunci pintu gudang itu dari dalam. Setelah duduk di sebuah kursi tua, ia pun menyulut batang rokoknya dengan korek gas yang dimilikinya. Tak jauh darinya, sebuah genangan air muncul dan disaat itu pula sosok makhluk wanita kelabu datang lalu merayap cepat mendekati Tuan Frans. Makhluk itu mengeluarkan suara erangn yang amat menyayat. Menyaksikan hal itu, Tuan Frans bangkit dari kursinya lalu berlari cepat ke arah pintu. Ketika ia sudah hampir mendekati pintu, ia menabrak sebuah tong besar yang berisi minyak tanah. Ia pun terjatuh bersama tong itu dan tubuhnya basah berlumur minyak tanah. rokok dan korek gas yang dipegangnya pun ikut terjatuh akibatnya api pun muncul dan menjalar begitu cepat. DUARRR... Korek gas miliknya pun meledak sebab api itu juga menyentuh korek gas tersebut. tuan Frans ikut terbakar bersama gudang itu. Mickey baru akan menyimpan foto-foto gadis yang semalam dipotretnya ke dalam laci ketika didengarnya sebuah ledakan yang berasal dari gudang. Ia segera berlari ke arah sumber suara ledakan itu. ia hanya bisa menggigit bibir ketika dilihatnya api yang berkobar-kobar mulai melahap ruangan lain. Ia segera menghubungi pemadam kebakaran. Karena kebakaran di rumahnya cepat ditangani oleh pemadam kebakaran, rumahnya masih dapat diselamatkan. Pihak kepolisian pun datang untuk menyelidiki. DORR... terdengar suara tembakan yang berasal dari kamar bibi Monalizha. Mickey beserta pihak kepolisian segera menuju kamar bibi Monalizha. Disana mereka menemukan tubuh bibi Monalizha yang bersimbah darah dengan tangan yang masih memegang sebuah pistol. Dalam kamar bibi Monalizha, Mickey melihat dan menemukan banyak foto-foto gadis yang serupa dengan gadis yang dipotretnya semalam. Di setiap sudut foto-foto itu tertulis nama Violena. Dan di atas meja rias bibi Monalizha, ia juga menemukan sebuah diary dan sekeping kaset video yang merupakan hasil dari kamera sisi TV di rumahnya sejak 33 tahun silam. Sambil menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian, Mickey membaca seluruh isi diary bibi Monalizha kemudian memutar kaset video itu. Air matanya pun tumpah setelah ia mengerti dan mengetahui bahwa gadis yang bernama Violena adalah kakak kandungnya. Violena seorang gadis cantik yang selama hidupnya dalam perawatan bibi Monalizha dan bibi Monalizha pun amat menyayanginya seperti anaknya sendiri. Violena tak pernah merasakan kasih sayang dari orangtua Mickey hanya karena ia adalah gadis keterbelakangan mental dan bisu. Dalam video itu, Violena kerap dihukum oleh orangtuanya dengan diikat di bawah pohon dalam hujan lebat hingga malam menjelang hanya karena Violena menampakkan dan memperkenalkan dirinya di hadapan rekan-rekan kerja orangtuanya yang berkunjung ke rumahnya. Air mata Mickey makin tertumpah ruah ketika menyaksikan Violena yang sudah berumur 15 tahun dibakar bersama rumah pohonnya ketika sedang tertidur. Ia dibakar hingga menjadi abu oleh ayahnya lalu abu itu dibuangnya ke dalam kolam ikan. Dari diary bibi Monalizha pula Mickey bisa mengetahui bahwa Milly dan Minnie adalah anak hasil dari selingkuhan ibunya dengan lelaki lain tanpa sepengetahuan ayahnya. Di akhir diary itu, bibi Monalizha menuliskan bahwa ia ia ingin kolam ikan tempat abu Violena dibuang agar ditimbun menjadi sebuah makam atas nama Violena dan ia pun ingin dimakamkan tepat di samping makam Violena. Ia merasa seluruhnya sudah usai dengan matinya seluruh anggota keluarga Violena terkecuali Micke. Hanya Mickey-lah yang pantas meneruskan hidup sebab Mickey adalah adik yang selalu dinanti-nanti oleh Violena ketika Mickey masih dalam kandungan ibunya. Ketika Violena masih hidup, ia memberi tanda isyarat pada bibi Violena bahwa ia berharap calon adiknya bisa menemaninya bermain. Pihak kepolisian pun telah menyelesaikan hasil laporan dan penyelidikannya lalu menghampiri Mickey. Di hadapan Mickey, mereka memperlihatkan mayat ibu dan kedua adiknya, sedang mayat ayahnya sudah menjadi abu terkecuali jam tangan anti api yang setiap hari dipakai oleh ayahnya. Mickey hanya dpat membisu, menangisi segalanya yang benar-benar hampir membuatnya gila. Penulis: Risya Rizky Nurul Qur’ani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar