Kamis, 28 Februari 2013

Peran Pancasila dalam menyikapi arus globalisasi

lomba blog pusaka indonesia 2013










Beberapa hari yang lalu ketika saya jalan-jalan ke facebook, perhatian saya tersita oleh sebuah informasi lomba blog yang diadakan oleh kerjasama antar Yayasan Pusaka ndonesia dan Penerbit Dapur Buku yang bertema 'Penguatan identitas bangsa dalam komunitas global dan multikultural'.. Membaca tema lomba tersebut, dengan kening berkerut, saya berpikir bahwa tema ini gampang-gampang susah. Saya mengatakan demikian sebab rutinitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tentu bahkan hampir sebagian sangat berkaitan yang mau tidak mau mesti menggunakan campur tangan informasi teknologi dan sosial media. Tanpa kita sadari, kita telah candu akan hal tersebut alias tak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari yang penggunanya itu baik dari kalangan anak-anak, remaja hingga dewasa. Namun sayangnya hanya sedikit yang mau ikut merenungkan dampak-dampak positif ataupun negatif dari hal tersebut. Sehingga saya sangat berterima kasih dan mengacungkan seratus jempol buat Yayasan Pusaka Indonesia dan Penerbit Dapur Buku yang telah mengajak saya dan yang lain untuk sejenak merenung akan hal tersebut.

Sesuai pernyataan dan pertanyaan yang telah dikemukakan oleh lomba ini bahwa Arus globalisasi di era teknologi informasi dan social media seperti saat ini, tentu tak terbendung lagi. Berbagai macam budaya dan gaya hidup mewarnai dan mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Sebagai sebuah bangsa yang punya identitas unik, bagimanakah posisi kita di tengah arus globalisasi? Bagaimana peran pancasila dalam menguatkan identitas bangsa kita, di tengah kepungan komunitas global &berbagai macam budaya tersebut. Sungguh dua pertanyaan yang saling berkaitan antara satu yang lain, begitu pun dengan jawaban-jawaban dari kedua pertanyaan itu.

Untuk pertanyaan yang pertama, saya akan menjawab dan mengatakan bahwa posisi kita saat ini tengah berada dalam bahaya. Budaya-budaya dari luar yang masuk ke dalam negri kita telah perlahan namun pasti mengubah bahkan menghancurkan budaya, gaya hidup, dan pola hidup yang kita miliki. Tetapi Satu hal yang harus kita ketahui bahwa hal itu dapat kita antisipasi jika kita memiliki filter dan kepribadian yang kuat. Jika kita ini memang mengaku dan tahu diri bahwa kita adalah bangsa Indonesia, kita wajib menanamkan dan mempertahankan ideologi pancasila dalam jiwa  dan kehidupan kita sehari-hari dimana pun kapan pun termasuk dalam arus globalisasi saat ini. Informasi teknologi dan sosial media telah menyuguhkan kepada kita beraneka ragam budaya, gaya hidup dan pola pikir yang berbeda-beda. Kita perlu berhati-hati akan suguhan-suguhan tersebut sebab hal itu sangat berpengaruh pada pribadi bangsa kita yang menjujung tinggi budaya timur bukannya terbawa-bawa arus masuk dalam budaya barat yang cendrung berideologi liberal, kapitalis, dan komunis. Salah satu contoh adanya pengakuan dan lampu hijau akan hubungan seks bebas dan homo seksual dan sebagainya yang sungguh sangat bertolak belakang oleh nilai-nilai agama dan luhur bangsa kita.  Bahkan parahnya mereka membentuk komunitas dan mereka tak akan segan -segan melakukan perlawanan dan pembelaan mati-matian kepada para yang kontra. Maka dari itu, kita perlu pintar memilah-milah suguhan buat kita.
Selanjutnya untuk pertanyaan yang kedua, saya akan menjawab sekaligus sedikit menjelaskan akan peran pancasila dalam masalah ini. Dalam hal ini, tentu pancasila memiliki peran yang amat besar dan kuat untuk meyikapi dengan bijaksana. Namun sebelum membahas lebih lanjut akan hal ini, sebaiknya kita perlu terlebih dahulu memahami makna dan tujuan sebenarnya dari pancasila. Siapa sih  yang tidak tahu dengan pancasila?! tentu kita semua telah tahu bahkan hapal mati sejak kita sekolah dasar  tentang kelima sila itu, tapi sayangnya ironis masih sedikit yang memahami makna sejati dari kelima sila itu atau ada juga yang memahami makna itu tetapi belum mampu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi peran pancasila sebagai ideologi ataupun falsafah bangsa Indonesia, tentu menjadi pegangan kuat yang fungdamental dalam menyikapi serangan-serangan dari budaya luar bangsa kita. Seperti yang saya katakan sebelumnya, sekali lagi, kita harus pintar memilah-milah suguhan mengenai budaya luar beserta gaya hidup dan pola pikir yang mungkin berbeda dengan ideologi dan nilai-nilai  dari pancasila. Panccasila juga akan berperan aktif yang akan menjadi tolak ukur dalam menerima budaya-budaya luar beserta gaya hidup dan pola pikir yang ada. Pantas dan sesuaikah dengan nilai-nilai pancasila sehingga kita dapat menerima dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari! Kalau pun ada budaya, gaya hidup, dan pola pikir dari luar bangsa kita namun bernilai positif & tak melenceng dari nilai-nilai pancasila? Kenapa tidak!! Tentu kita dapat menerimanya dengan baik, begitu pun sebaliknya. Saya akan memberi contoh terkait yang berhubungan dari setiap sila, yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Contoh kasus yang ada yakni adanya penyesatan agama yang mempengaruhi dan mengajak serta untuk melenceng dari agama yang telah kita anut masing-masing. Melalui informasi teknologi dan sosial, serangan dari beberapa budaya luar kerap menghasut kita untuk meninggalkan agama kita selama ini, bahkan mengajak kita untuk menjadi pengikut aliran sesat, komunis ataupun pemuja setan, dan sebagainya. Ironisnya banyak dari kita khususnya para pemuda menjadi korban dimana sang idola yang mereka puja itu yang rata-rata artis barat rupanya tidak bertuhan dan ada juga yang ikut menjadi pemuja setan. Mungkin tidak perlu saya sebutkan namanya satu persatu. parahnya karena sang idola menganut paham tersebut, tak jarang ada dari diantara kita mengikuti jejak sang idola tersebut. Idih amit-amit! Jangan sampai kita masuk di dalamnya. Bukankah esa itu artinya satu?! Jadi Tuhan itu cuman satu, tidak kurang tidak lebih.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Contoh kasus, masihkah kita mengingat kejadian yang sangat menggeramkan kaum muslimin dengan rencana pembakaran al-qur'an? Mengapa hanya al-qur'an yang ingin dibakar? Mengapa dengan kitab-kitab yang lain? Sungguh tindakan tersebut amat jauh dari sila kedua ini sebab kita ketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sangat menjunjung dan menghargai toleransi antar umat dan bertata krama ataupun beradab yang merupakan identitas dan berciri khas bangsa Indonesia. Sebagai budaya timur, kita sangat menjujung tinggi moral, etika dan nilai-nilai luhur yang lainya. Peristiwa itu sempat menjadi topik hangat yang dibahas oleh banyak kalangan yang disiarkan melalui media informasi teknologi dan sosial media.
3. Persatuan Indonesia
Contoh kasus yaitu adanya propokator dari negri lain untuk mengadu domba dan memecah belah antar umat yang ada di Indonesia. Mereka memiliki tujuan untuk merusak persatuan bangsa kita. Peperangan yang terjadi di Irak maupun di Palestina memang sih sebaiknya kita perlu mengirimkan bantuan kepada para korban, tetapi tak seharusnya kita mesti ikut-ikutan membenci ataupun memerangi kaum umat di Indonesia yang kebetulan menganut agama yang sama dengan kaum umat agama yang telah menyiksa kaum muslim di Irak dan Palestina sebab kaum umat yang bersangutan yang ada di Indonesia itu pun tidak tahu menahu asbab sebab terjadinya peperangan itu.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Contoh kasus, demokrasi yang ada di negri ini telah dicemar oleh budaya luar melalui informasi teknologi dan sosial media. Tuding menuding dari setiap pihak tak dapat dihindari padahal seharusnnya kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya bersikap bijaksana dalam meyikapi perseteruan antar pihak yang satu dengan yang lain seperti antar partai dan sebagainya, bukannya saling menjatuhkan ataupun mengompori. Apakah kita tidak malu kepada bangsa lain yang memprhatikan laju roda pemerintahan negri kita ini.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Contoh kasus, perlakuan yang kurang adil bagi para tenaga kerja Indonesia, bahkan kerap mereka mendapatkan kekerasan dari sang majikan. Ironisnya melalui media informasi teknologi dan sosial, kita yang semestinya bersikap tegas akan kasus tersebut dengan mengerahkan masyarakat untuk membantunya dalam bentuk perhatian, moril, atau materi melalui media itu, rupanya sebagian dari diantara kita memeladani sikap keji dari beberapa majikan mereka sehingga pembantu-pembantu yang ada di Indonesia pun juga sama mendapat perlakuan yang tidak manusiawi layaknya para TKI yang telah menjadi korban dari sang majikannya.

Maka dari itu, di tengah arus globalisasi ini, kita mesti menunjukkan dan memperkuat identitas bangsa kita dengan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Untuk mengharumkannya, tentu dengan menanamkan dan mengaplikasikan nilai-nilai dari pancasila itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memiliki pegangan yang kuat, tentu budaya dari luar tak akan mudah menggoyahkan ataupun mempengaruhi dan melunturkan budaya bangsa kita yang unik ini.

Semoga tulisan saya mudah dicerna, saya pun telah sengaja memilih bahasa yang agak ringan karena saya yakin tidak semua pembaca mudah paham akan bahasa yang tinggi ataupun berat, apalagi pengomsumsi media informmasi teknologi dan media sosial bukanlah hanya kalangan remaja ataupun dewasa, melainkan ada adik-adik kita yang masih berusia sekolah dasar. Semoga bermanfaat untuk kehidupan bangsa ini.