Beberapa hari yang lalu ketika saya jalan-jalan ke facebook, perhatian saya tersita oleh sebuah informasi lomba blog yang diadakan oleh kerjasama antar Yayasan Pusaka ndonesia dan Penerbit Dapur Buku yang bertema 'Penguatan identitas bangsa dalam komunitas global dan multikultural'.. Membaca tema lomba tersebut, dengan kening berkerut, saya berpikir bahwa tema ini gampang-gampang susah. Saya mengatakan demikian sebab rutinitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tentu bahkan hampir sebagian sangat berkaitan yang mau tidak mau mesti menggunakan campur tangan informasi teknologi dan sosial media. Tanpa kita sadari, kita telah candu akan hal tersebut alias tak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari yang penggunanya itu baik dari kalangan anak-anak, remaja hingga dewasa. Namun sayangnya hanya sedikit yang mau ikut merenungkan dampak-dampak positif ataupun negatif dari hal tersebut. Sehingga saya sangat berterima kasih dan mengacungkan seratus jempol buat Yayasan Pusaka Indonesia dan Penerbit Dapur Buku yang telah mengajak saya dan yang lain untuk sejenak merenung akan hal tersebut.
Sesuai
pernyataan dan pertanyaan yang telah dikemukakan oleh lomba ini bahwa Arus
globalisasi di era teknologi informasi dan social media seperti saat ini, tentu
tak terbendung lagi. Berbagai macam budaya dan gaya hidup mewarnai dan
mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Sebagai sebuah bangsa yang punya
identitas unik, bagimanakah posisi kita di tengah arus globalisasi? Bagaimana
peran pancasila dalam menguatkan identitas bangsa kita, di tengah kepungan
komunitas global &berbagai macam budaya tersebut. Sungguh dua pertanyaan
yang saling berkaitan antara satu yang lain, begitu pun dengan jawaban-jawaban
dari kedua pertanyaan itu.
Untuk
pertanyaan yang pertama, saya akan menjawab dan mengatakan bahwa posisi kita
saat ini tengah berada dalam bahaya. Budaya-budaya dari luar yang masuk ke
dalam negri kita telah perlahan namun pasti mengubah bahkan menghancurkan
budaya, gaya hidup, dan pola hidup yang kita miliki. Tetapi Satu hal yang harus
kita ketahui bahwa hal itu dapat kita antisipasi jika kita memiliki filter dan
kepribadian yang kuat. Jika kita ini memang mengaku dan tahu diri bahwa kita
adalah bangsa Indonesia, kita wajib menanamkan dan mempertahankan ideologi pancasila
dalam jiwa dan kehidupan kita
sehari-hari dimana pun kapan pun termasuk dalam arus globalisasi saat ini.
Informasi teknologi dan sosial media telah menyuguhkan kepada kita beraneka
ragam budaya, gaya hidup dan pola pikir yang berbeda-beda. Kita perlu
berhati-hati akan suguhan-suguhan tersebut sebab hal itu sangat berpengaruh
pada pribadi bangsa kita yang menjujung tinggi budaya timur bukannya
terbawa-bawa arus masuk dalam budaya barat yang cendrung berideologi liberal,
kapitalis, dan komunis. Salah satu contoh adanya pengakuan dan lampu hijau akan
hubungan seks bebas dan homo seksual dan sebagainya yang sungguh sangat
bertolak belakang oleh nilai-nilai agama dan luhur bangsa kita. Bahkan parahnya mereka membentuk komunitas
dan mereka tak akan segan -segan melakukan perlawanan dan pembelaan mati-matian
kepada para yang kontra. Maka dari itu, kita perlu pintar memilah-milah suguhan
buat kita.
Selanjutnya
untuk pertanyaan yang kedua, saya akan menjawab sekaligus sedikit menjelaskan
akan peran pancasila dalam masalah ini. Dalam hal ini, tentu pancasila memiliki
peran yang amat besar dan kuat untuk meyikapi dengan bijaksana. Namun sebelum
membahas lebih lanjut akan hal ini, sebaiknya kita perlu terlebih dahulu
memahami makna dan tujuan sebenarnya dari pancasila. Siapa sih yang tidak tahu dengan pancasila?! tentu kita
semua telah tahu bahkan hapal mati sejak kita sekolah dasar tentang kelima sila itu, tapi sayangnya
ironis masih sedikit yang memahami makna sejati dari kelima sila itu atau ada
juga yang memahami makna itu tetapi belum mampu untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan kita sehari-hari. Jadi peran pancasila sebagai ideologi ataupun
falsafah bangsa Indonesia, tentu menjadi pegangan kuat yang fungdamental dalam
menyikapi serangan-serangan dari budaya luar bangsa kita. Seperti yang saya
katakan sebelumnya, sekali lagi, kita harus pintar memilah-milah suguhan
mengenai budaya luar beserta gaya hidup dan pola pikir yang mungkin berbeda
dengan ideologi dan nilai-nilai dari
pancasila. Panccasila juga akan berperan aktif yang akan menjadi tolak ukur
dalam menerima budaya-budaya luar beserta gaya hidup dan pola pikir yang ada.
Pantas dan sesuaikah dengan nilai-nilai pancasila sehingga kita dapat menerima
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari! Kalau pun ada budaya,
gaya hidup, dan pola pikir dari luar bangsa kita namun bernilai positif &
tak melenceng dari nilai-nilai pancasila? Kenapa tidak!! Tentu kita dapat
menerimanya dengan baik, begitu pun sebaliknya. Saya akan memberi contoh terkait
yang berhubungan dari setiap sila, yaitu:
1.
Ketuhanan yang Maha Esa
Contoh
kasus yang ada yakni adanya penyesatan agama yang mempengaruhi dan mengajak
serta untuk melenceng dari agama yang telah kita anut masing-masing. Melalui
informasi teknologi dan sosial, serangan dari beberapa budaya luar kerap
menghasut kita untuk meninggalkan agama kita selama ini, bahkan mengajak kita
untuk menjadi pengikut aliran sesat, komunis ataupun pemuja setan, dan
sebagainya. Ironisnya banyak dari kita khususnya para pemuda menjadi korban
dimana sang idola yang mereka puja itu yang rata-rata artis barat rupanya tidak
bertuhan dan ada juga yang ikut menjadi pemuja setan. Mungkin tidak perlu saya
sebutkan namanya satu persatu. parahnya karena sang idola menganut paham tersebut,
tak jarang ada dari diantara kita mengikuti jejak sang idola tersebut. Idih
amit-amit! Jangan sampai kita masuk di dalamnya. Bukankah esa itu artinya
satu?! Jadi Tuhan itu cuman satu, tidak kurang tidak lebih.
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Contoh
kasus, masihkah kita mengingat kejadian yang sangat menggeramkan kaum muslimin
dengan rencana pembakaran al-qur'an? Mengapa hanya al-qur'an yang ingin
dibakar? Mengapa dengan kitab-kitab yang lain? Sungguh tindakan tersebut amat
jauh dari sila kedua ini sebab kita ketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila sangat menjunjung dan menghargai toleransi antar umat dan
bertata krama ataupun beradab yang merupakan identitas dan berciri khas bangsa
Indonesia. Sebagai budaya timur, kita sangat menjujung tinggi moral, etika dan
nilai-nilai luhur yang lainya. Peristiwa itu sempat menjadi topik hangat yang
dibahas oleh banyak kalangan yang disiarkan melalui media informasi teknologi
dan sosial media.
3.
Persatuan Indonesia
Contoh
kasus yaitu adanya propokator dari negri lain untuk mengadu domba dan memecah
belah antar umat yang ada di Indonesia. Mereka memiliki tujuan untuk merusak
persatuan bangsa kita. Peperangan yang terjadi di Irak maupun di Palestina
memang sih sebaiknya kita perlu mengirimkan bantuan kepada para korban, tetapi
tak seharusnya kita mesti ikut-ikutan membenci ataupun memerangi kaum umat di
Indonesia yang kebetulan menganut agama yang sama dengan kaum umat agama yang
telah menyiksa kaum muslim di Irak dan Palestina sebab kaum umat yang bersangutan
yang ada di Indonesia itu pun tidak tahu menahu asbab sebab terjadinya
peperangan itu.
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan.
Contoh
kasus, demokrasi yang ada di negri ini telah dicemar oleh budaya luar melalui
informasi teknologi dan sosial media. Tuding menuding dari setiap pihak tak
dapat dihindari padahal seharusnnya kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya
bersikap bijaksana dalam meyikapi perseteruan antar pihak yang satu dengan yang
lain seperti antar partai dan sebagainya, bukannya saling menjatuhkan ataupun
mengompori. Apakah kita tidak malu kepada bangsa lain yang memprhatikan laju
roda pemerintahan negri kita ini.
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Contoh
kasus, perlakuan yang kurang adil bagi para tenaga kerja Indonesia, bahkan
kerap mereka mendapatkan kekerasan dari sang majikan. Ironisnya melalui media
informasi teknologi dan sosial, kita yang semestinya bersikap tegas akan kasus
tersebut dengan mengerahkan masyarakat untuk membantunya dalam bentuk
perhatian, moril, atau materi melalui media itu, rupanya sebagian dari diantara
kita memeladani sikap keji dari beberapa majikan mereka sehingga
pembantu-pembantu yang ada di Indonesia pun juga sama mendapat perlakuan yang tidak
manusiawi layaknya para TKI yang telah menjadi korban dari sang majikannya.
Maka
dari itu, di tengah arus globalisasi ini, kita mesti menunjukkan dan memperkuat
identitas bangsa kita dengan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Untuk
mengharumkannya, tentu dengan menanamkan dan mengaplikasikan nilai-nilai dari
pancasila itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memiliki pegangan yang
kuat, tentu budaya dari luar tak akan mudah menggoyahkan ataupun mempengaruhi
dan melunturkan budaya bangsa kita yang unik ini.
Semoga
tulisan saya mudah dicerna, saya pun telah sengaja memilih bahasa yang agak
ringan karena saya yakin tidak semua pembaca mudah paham akan bahasa yang
tinggi ataupun berat, apalagi pengomsumsi media informmasi teknologi dan media
sosial bukanlah hanya kalangan remaja ataupun dewasa, melainkan ada adik-adik
kita yang masih berusia sekolah dasar. Semoga bermanfaat untuk kehidupan bangsa
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar